Rabu, 18 Februari 2009

Makna Hidup

Ananda, Bila kelak biduk rumah tangga bertubrukan dengan benteng karang kehidupan...
Bila impian remaja telah berganti menjadi kenyataan pahit...
Bila bukit-bukit harapan digoncang gempa cobaan...
Segenap sekeluarga ingin melihat ananda teguh disamping suami...
Istri atau suami akan tetap tersenyum walaupun langit makin mendung...
Pada saat seperti itu, tidak ada yang paling menyejukkan suami selain melihat pemandangan yang mengharukan...
Ia bangun di malam hari didapatinya ananda tidak disampingnya...
Kemudian, ia dengar suara wanita bersujud, suaranya gemetar, ia sedang memohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya...
Pada saat seperti itu, suami ananda akan menegakkan tangan ke langit, bersamaan dengan tetesan air matanya...
Ia berdoa : Ya Allah kurniakan kepada kami istri dan keturunan yang menenteramkan hati kami dan jadikanlah kami penghulu orang-orang takwa

Rabu, 11 Februari 2009

Life is heavy


Life is so hard to lift, it is as hard as we lift a truck
so please don't ever lift a life on your own
you can;t hold it for yourself
share with others
no matter how hard it is.....

Selasa, 10 Februari 2009


funny animals dont' you think....

Cinta Lelaki Biasa

Cerpen ini aku persembahkan for You My Lovely Husband
Thanks for everthing.......
to be honest...you are my greatest!!

Cinta Laki-laki Biasa Karya Asma Nadia dari kumpulan cerpen Cinta Laki-laki Biasa
..............

MENJELANG hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa diamau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hariyang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak,tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya."Kenapa?" tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-harisidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikanlampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yangbarangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka.Semua menunggu. Tapi ta k ada apapun yang keluar dari sana . Ia hanya menariknafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil danspesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian dikampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yangpertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafliuntuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karenasemua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yangsudah berkeluarga membawa serta buntut mereka."Kamu pasti bercanda!"Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua,disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papadan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Naniabercanda.Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yangbalita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!"Nania serius!" tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Raflimemang melamarnya."Tidak ada yang lucu," suara Papa tegas, "Papa hanya tidak mengira Rafliberani melamar anak Papa yang paling cantik!"Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertandabaik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah ituberpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuhseleidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknyapesakitan."Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan ?" Mama mengambil inisiatifbicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, "maksud Mama siapasaja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?"Nania terkesima."Kenapa?"Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana,sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara bacapuisi seprovinsi. Suaramu bagus!Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmuyang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-lakimanapun yang kamu mau!Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa,kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraianmereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan."Nania Cuma mau Rafli," sahutnya pendek dengan airmata mengambang dikelopak.Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangattidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah."Tapi kenapa?"Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikanbiasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangatbiasa.Bergantian tiga saudara tua Nania mencob a membuka matanya."Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!"Cukup!Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadiparameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di manatawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihatpencapaiannya hari ini?Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkalikarena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu takpunya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'.Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Naniamenapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Disampingnya Nania bahagia.Mereka akhirnya menikah.***Setahun pernikahan.Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik dibelakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania<>masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak dimata mereka.Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hinggaNania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau caradia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangatbahagia."Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania."Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat takpercaya."Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu!""Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar!""Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!"Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali inidilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.Tapi Rafli juga ti dak jelek, Kak!Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan ?Rafli juga pintar!Tidak sepintarmu, Nania.Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adikmereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma."Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkantidak perlu lelaki untuk menghidupimu."Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudahmenikah dan sebentar lagi punya anak.Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. PadahalNania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satuperempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah merekamemiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih daricukup untuk hidup senang."Tak apa," kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalumemforsir diri."Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang."Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlukhawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanyamaksud baik."Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya?"Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itusesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Naniacerah.Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, denganpendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amatsangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania.Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakingemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania b esar, anak-anak pintardan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan ituberada di puncak!Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas danbergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dankiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.Cantik ya? dan kaya!Tak imbang!Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Naniabelajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaanbahagia yang kian membukit dari hari ke hari.Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak.Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktuitu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.***Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggudari waktunya."Plasenta kam u sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segeradikeluarkan!"Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalamrahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itumerasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalamhitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanyawaktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, danmenunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak sertaorangtua Nania belum satu pun yang datang.Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obatpertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit danmelilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapipembukaan berjalan lambat sekali."Baru pembukaan satu.""Belum ada perubahan, Bu.""Sudah bertambah sedikit," kata seorang suster empat jam kemudianmenyemaikan harapan."Sekarang pembukaan satu lebih sedikit."Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksamemiliki sense of humor yang tinggi.Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah,didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulukelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset."Masih pembukaan dua, Pak!"Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yangsudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah.Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya."Bang?"Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan duakehidupan."Dokter?""Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar."Mungkin?Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?Bagaimana jik a terlambat?Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karenaRafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi.Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekatditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilandokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahuyang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir,telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, danlangkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkandiri.Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibirlelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat."Pendarahan hebat."Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah.Ada varises di mulu t rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah!Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali.Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenungbeberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnyadan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.***Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik darikediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan jugaanak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itusungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampaiempat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania dirumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil.Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Naniadengan Rafli.Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumahsakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaantempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasiRafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Qurankecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadangperawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka,melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercandamesra.Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya."Nania, bangun, Cinta?"Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dankening istrinya yang cantik.Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikiruntuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit,mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelakiitu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanyadengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil takbosan-bosannya berbisik,"Nania, bangun, Cinta?"Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. AsalkanNania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahayadi mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumbersemangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya.Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama takbercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.Ia ingin mel ihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerakbibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yangcantik. Nania sudah tidur terlalu lama.Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penatRafli adalah yang pertama ditangkap matanya.Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania danmendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmatayang meleleh.Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa.Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahunterakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak kesekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itucepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senjadatang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuhcinta.Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkanwajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Naniaselalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu.Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalumeyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuanpaling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar.Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran,nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, sepertijuga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitubertahun-tahun.Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang disekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yangberkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyumhangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya dijalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puashanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semuaberbisik-bisik."Baik banget suaminya!""Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!""Nania beruntung!""Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.""Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminyamemandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!"Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi,merasa tak berani, merasa?Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang dilu ar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalubegitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayahmereka. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anakyang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebihdari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meskikecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdirdari tangannya.Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasayang tak pernah berubah, untuk Nania.Diketik ulang oleh Juli Prasetio Utomo, 28 Juni 2005, dengan pembenahanbeberapa ejaan dan tanda baca.

Minggu, 08 Februari 2009

Faith and Destiny....How we cope with it

sometimes I wonder, does anyone have similar problems with me?
or at least does anyone in this Earth face the same heaviest problem in his/her everyday life? to answer the question, firstly you have to know what kind of person I am
to tell you the truth, I am a kind of person who always consider things deeply
I always think as if I am the only person who often figth hardly in order to get things throughly
well....to be honest all of my thought and attitudes about those are finally considered false
today, I was given tips of how becoming a happy woman.
among those tips given, I was informed that as Human we should never feel that it is only we who always suffer of the so many problems appear. we cannot just think that other people is happier that us. we should not allow our mind thinking that the burden that we have to hold is so heavy that nobody can carry. we have to realize no people in this Earth live happily ever after even when all of dreams have come true, there is still matters need to be fixed.
everyone has their own matters, whether it is hard or not, it depends on how we hold it. it will be hard, if we think it is hard, whereas, it will simple, if we consider it simple.
our Faith and destiny depends on how we cope with it. we cannot just judge something directly without acknowledging it in the first hand.
by slowly studying subjects that come firstly in hand, we can give ourself to adapt it and take it for granted for the rest of our life. therefore, our life will be so easly to catch up.

Senin, 02 Februari 2009

Makan-makan....

TABLE MANNER BARAT

Mestinya yang dimaksud ‘table manner’ di situ pastilah yg ala barat punya, yang menyediakan jejeran sendok garpu & pisau aneka ukuran dan aneka fungsi. Repot memang, kalau kita satu saat diberkahi diundang oleh penggede barat ala dubes, atau bahkan presiden AS atau ratu Inggris, ya siapa tahu toh nasib kita kelak? Bisa sajah anda suatu saat besanan ama pangeran Charles yang tetep ajah pangeran tuh walau sudah tuwek (pan kalau di buku, namanya pangeran ya kudu muda, ganteng, gagah, naek kuda putih, hehehe……), lha kalo anak-anak anda satu sekolah ama anak-anak beliau pan bisa aja kesempatan itu datang, jeh! Who knows?

ORA ILOK, PAMALI

Oke,sebab tadi pagi mbak Dewi Fatma, pembawa acara Jelajah di Trans TV, meliput cara pembuatan abon kelinci di Batu (?) deket Malang sono. Saya lihat mbak Dewi mencicipi abon yang sudah jadi dengan menggunakan garpu,langsung masuk mulut, garpunya kemudian dipakai lagi untuk menjumput abon lagi. Saya jadi pingin cerita dikit ttg ‘table manner’ ini.

Sepenurut ‘table manner’ kita, mestinya mbak Dewi jangan menggunakan garpu yang sudah masuk mulutnya untuk mengambil makanan yang disajikan. Ora ilok, kata wong Jowo sih, pamali kata wong Sunda. Mengapa? Karena begitulah ‘table manner’ yang diajarkan orangtua kita dulu toh.

LAIN PADANG LAIN BELALANG

Tapi, kalau anda dijamu tuan rumah ketika berkunjung ke beberapa kawasan Asia: Bangkok, Hongkong, Singapura, dan Taiwan,dan China, kayaknya hal itu (menyendok sayur saji dengan sendok yang sama yang kita masuk mulut) bukanlah menjadi soal. Apalagi, kultur orang Tionghoa pan pakenya sumpit. Tidak ada sendok sayur disediakan di meja. Jadi mereka sih nyomot lauk langsung aja pake sumpit. Sekarang mereka terpengaruh kultur barat, makenya sendok garpu, ya tetep ajah nyendok langsung ke piring di tengah pake itu sendok yang sudah masuk ke mulutnya, sebagai ganti sumpit!

TABLE MANNER ALA INDONESIA (ASLI!)

Kembali ke ‘table manner’, sebenernya kita punya ‘manner’ yang asli kultur kita, yaitu pake…… tangan telanjang! Coba ajah, makan nasi Padang, ya lebih sedepnya kudu pake tangan ajah, jangan pake sendok garpu. Nasi uduk? Gudeg? Nasi Ulam? Nasi Bogana? Ayam Goreng? Pokoke, kalau ‘ndak ada kuahnya, ya tanganlah yang jadi ’sendok’nya. Sedeeep!
Gule kepala ikan? Wooo, jangan coba-coba pake sendok dan garpu tuh,bisa diomeli ama waiter resto-nya lho! Lha iya, ntar kalau rasanya itu gule jadi kurang sedep, sebab andamakannya pake sendok garpu, anda jadi menyalahkan mereka.

Bahkan, kalau anda memang bener-bener penikmat hidangan masakan Padang sejati, yang tulen, profesional, kabarnya anda dituntut untuk hanya boleh mengotori atu tangan tok! Artinya, kalau anda tidaklah kidal,ya hanya tangan kanan yang boleh anda gunakan untuk mencubit rendang, panggang ayam, gule ikan dan nasi dengan tangan kanan doang, atau kalau anda kidal, ya tangan kiri doang. Juri, kalau anda ikut kontes ‘table manner’ ala Padang, akan menilai anda dengan melihat tangan anda.Kalau dua-duanya dah tercemar oleh kuah atau nasi barang sebutirpun, pastilah fail, jeh!

TABLE MANNER IKAN

Kalau anda makan ikan, biasanya tulang belulangnya, atau apapun yang tidak kita maui,disisihkan dan diletakkan di pinggiran piring kita.Itu sudah jadi ‘manner’ standar ya. Tapi, ada saudara kita di daerah lain, yang ‘manner’nya mengijinkan untuk menyisihkan dan melatakkannya di atas meja dekat piringnya. Jadi, buat mereka is oke, sementara kita bisa saja merasa koq ya ora ilok, kurang oke punya.

TETEP ADA KEKECUALIAN, JEH!

Walau ada ‘table manner’, kayaknya orang bule juga masih suka pake tangan telanjang untuk makan. Lha, bule itu pan manusia juga! Kalau motor juga manusia, apalagi bule! Jadi, kayaknya anda akan nampak berlebihanlah kalau makan ayam goreng KFC minta sendok-garpu dan pisau, begitu juga kalau makan roti roll yang disajikan bareng steak, atau….. pizza! Karena ayam goreng KFC (juga fastfood lain), burger, roti roll di steak dan pizza, kayaknya sih boleh dan mungkin saja manner-nya ya pake tangan langsung ajah! Kecuali, hehehe… kalau sendok-garpu dan pisau itu anda minta bukan untuk dipakai makan hidangan tsb., melainkan untuk……. dibawa pulang sebagai souvenir. Hehehe…..

Hehehe… table manner sepertinya adaptasi dari Barat ya? karena kebanyakan daerah di Indonesia baru mengenal “meja makan” begitu ada barat yang masuk. Karena orang kita biasanya makan lesehan. Makanan memang disediakan di meja, tp makannya, tetep duduk “ngedeprok” di mana saja. Hahaha… :)

Eh, tapi Manner untuk daerah Betawi lebih khas lagi.
Setiap ada kendurian atau hajatan yang melibatkan banyak orang dan biasanya diadakan di mesjid atau aula, orang betawi sering kali “membagi” makanan untuk 4-5 orang dalam satu nampan. Jadi, misalnya ada “maulud” yang mengundang banyak orang, nasi putih/uduk/ulam/kembuli di letakkan di nampan, trus lauk pauknya ada di tengahnya atau di pinggir2 nampan. Nah, kalau mau makan, kita makan barengan dari nampan itu (no sendok-garpu). Duduk-ngumpul.

Aturannya :

  • Jangan ngambil lauk orang lain trus kalau ngga suka sama satu lauk tertentu, jgn dipegang trus dilempar ke sebelah. Bilang aja sambil nunjuk lauknya “saya ngga suka nih” atau “ente mau ngga yang ini” trus yang doyan silahkan mengambil dengan tangannya sendiri.
  • Gak boleh ngasih kuah atau sambal ke sekeliling nampan. Kalau suka, kuahi saja bagian kita.
  • Harus habis, mubazir lhooo!
  • Ngobrol boleh, tp gak boleh becanda. Duduk dempet2an begitu khan ngga lucu kalau ada nasi terlempar ke wajah temen atau nampan karena kita ketawa.

Ada satu cerita yang entah saya lupa dari mana, konon kabarnya H. Agus Salim pernah makan dengan orang Belanda di Belanda. Pada saat makan itu, Pak Haji mencuci tangannya dengan air di dalam mangkuk yang sudah dia minta sebelumnya dan dia memulai makan dengan tangannya tanpa sendok dan garpu. Si Belanda kaget dan bertanya, “Kenapa kamu ngga pakai itu sendok garpu, je jorok sekali.”
Pak Haji dengan tenangnya menjawab, “Tuhan menciptakan tangan ini untuk dipakai saya seorang, sedangkan sendok-garpu Tuan diciptakan untuk dipakai banyak orang…”

Hehehe…. jadi makan dengan tangan is still the best!!

Pernikahan

Jadilah Sahabat yang Menyenangkan

Pernikahan pada dasarnya merupakan ikatan janji antara laki-laki dan perempuan untuk membangun rumahtangga sebagai suami-istri sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Sesungguhnya kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah kehidupan persahabatan. Suami adalah sahabat karib bagi istrinya, begitu pula sebaliknya. Keduanya benar-benar seperti dua sahabat karib yang siap berbagi suka dan duka bersama dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka demi meraih tujuan yang diridhai Allah Swt. Istri bukanlah sekadar partner kerja bagi suami, apalagi bawahan atau pegawai yang bekerja pada suami. Istri adalah sahabat, belahan jiwa, dan tempat curahan hati suaminya.

Islam telah menjadikan istri sebagai tempat yang penuh ketenteraman bagi suaminya. Allah Swt. berfirman:
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (QS ar-Rum [30]: 21).

Maka dari itu, sudah selayaknya suami akan merasa tenteram dan damai jika ada di sisi istrinya, demikian pula sebaliknya. Keduanya akan saling menasihati, bukan mencela; saling menguatkan, bukan melemahkan; saling membantu, bukan bersaing. Keduanya pun selalu siap berproses bersama meningkatkan kualitas ketakwaannya demi meraih kemulian di sisi-Nya. Mereka berdua berharap, Allah Swt. berkenan mengumpulkan keduanya di surga kelak. Ini berarti, tabiat asli kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah ithmi'nân/tuma'ninah (ketenangan dan ketentraman). Walhasil, kehidupan pernikahan yang ideal adalah terjalinnya kehidupan persahabatan antara suami dan istri yang mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman bagi keduanya.

Untuk menjamin teraihnya ketengan dan ketenteraman tersebut, Islam telah menetapkan serangkaian aturan tentang hak dan kewajiban suami-istri. Jika seluruh hak dan kewajiban itu dijalankan secara benar, terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah adalah suatu keniscayaan.

Bersabar atas Kekurangan Pasangan

Kerap terjadi, kenyataan hidup tidak seindah harapan. Begitu pula dengan kehidupan rumahtangga, tidak selamanya berlangsung tenang. Adakalanya kehidupan suami-istri itu dihadapkan pada berbagai problem baik kecil ataupun besar, yang bisa mengusik ketenangan keluarga. Penyebabnya sangat beragam; belum memiliki keturunan, kurangnya komunikasi antara suami-istri, suami kurang makruf terhadap istri, atau suami kurang perhatian kepada istri dan anak-anak; istri yang kurang pandai dan kurang kreatif menjalankan fungsinya sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga; karena adanya kesalahpahaman dengan mertua; atau suami yang 'kurang serius' atau 'kurang ulet' mencari nafkah. Penyebab lainnya adalah karena tingkat pemahaman agama yang tidak seimbang antara suami-istri.

Sesungguhnya Islam tidak menafikan adanya kemungkinan terusiknya ketenteraman dalam kehidupan rumahtangga. Sebab, secara alami, setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti dihadapkan pada berbagai persoalan. Hanya saja, seorang Muslim yang kokoh imannya akan senantiasa yakin bahwa Islam pasti mampu memecahkan semua problem kehidupannya. Oleh karena itu, dia akan senantiasa siap menghadapi problem tersebut, dengan menyempurnakan ikhtiar untuk mencari solusinya dari Islam, seiring dengan doa-doanya kepada Allah Swt. Sembari berharap, Allah memudahkan penyelesaian segala urusannya.

Keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bukan berarti tidak pernah menghadapi masalah. Mereka siap menghadapi masalah apapun yang menimpa rumahtangga mereka. Sebab, mereka tahu jalan keluar apa yang harus ditempuh dengan bimbingan Islam.

Islam telah mengajarkan bahwa manusia bukanlah malaikat yang selalu taat kepada Allah, tidak pula ma'shûm (terpelihara dari berbuat maksiat) seperti halnya para nabi dan para rasul. Manusia adalah hamba Allah yang memiliki peluang untuk melakukan kesalahan dan menjadi tempat berkumpulnya banyak kekurangan. Pasangan kita (suami atau istri) pun demikian, memiliki banyak kekurangan. Karena itu, kadangkala apa yang dilakukan dan ditampakkan oleh pasangan kita tidak seperti gambaran ideal yang kita harapkan. Dalam kondisi demikian, maka sikap yang harus diambil adalah bersabar!

Sabar adalah salah satu penampakan akhlak yang mulia, yaitu wujud ketaatan hamba terhadap perintah dan larangan Allah Swt. Sabar adalah bagian hukum syariat yang diperintahkan oleh Islam. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 153; QS az-Zumar [39]: 10).

Makna kesabaran yang dimaksudkan adalah kesabaran seorang Mukmin dalam rangka ketaatan kepada Allah; dalam menjalankan seluruh perintah-Nya; dalam upaya menjauhi seluruh larangan-Nya; serta dalam menghadapi ujian dan cobaan, termasuk pula saat kita dihadapkan pada 'kekurangan' pasangan (suami atau istri) kita.

Namun demikian, kesabaran dalam menghadapi 'kekurangan' pasangan kita harus dicermati dulu faktanya. Pertama: Jika kekurangan itu berkaitan dengan kemaksiatan yang mengindikasikan adanya pelalaian terhadap kewajiban atau justru melanggar larangan Allah Swt. Dalam hal ini, wujud kesabaran kita adalah dengan menasihatinya secara makruf serta mengingatkannya untuk tidak melalaikan kewajibannya dan agar segera meninggalkan larangan-Nya. Contoh pada suami: suami tidak berlaku makruf kepada istrinya, tidak menghargai istrinya, bukannya memuji tetapi justru suka mencela, tidak menafkahi istri dan anak-anaknya, enggan melaksanakan shalat fardhu, enggan menuntut ilmu, atau malas-malasan dalam berdakwah. Contoh pada istri: istri tidak taat pada suami, melalaikan pengasuhan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai manajer rumahtangga (rabb al-bayt), sibuk berkarier, atau mengabaikan upaya menuntut ilmu dan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Sabar dalam hal ini tidak cukup dengan berdiam diri saja atau nrimo dengan apa yang dilakukan oleh pasangan kita, tetapi harus ada upaya maksimal menasihatinya dan mendakwahinya. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, kita senantiasa mendoakan pasangan kita kepada Allah Swt.

Kedua: Jika kekurangan itu berkaitan dengan hal-hal yang mubah maka hendaknya dikomunikasikan secara makruf di antara suami-istri. Contoh: suami tidak terlalu romantis bahkan cenderung cuwek; miskin akan pujian terhadap istri, padahal sang istri mengharapkan itu; istri kurang pandai menata rumah, walaupun sudah berusaha maksimal tetapi tetap saja kurang estetikanya, sementara sang suami adalah orang yang apik dan rapi; istri kurang bisa memasak walaupun dia sudah berupaya maksimal menghasilkan yang terbaik; suami "cara bicaranya" kurang lembut dan cenderung bernada instruksi sehingga kerap menyinggung perasaan istri; istri tidak bisa berdandan untuk suami, model rambutnya kurang bagus, hasil cucian dan setrikaannya kurang rapi; dan sebagainya. Dalam hal ini kita dituntut bersabar untuk mengkomunikasikannya, memberikan masukan, serta mencari jalan keluar bersama pasangan kita. Jika upaya sudah maksimal tetapi belum juga ada perubahan, maka terimalah itu dengan lapang dada seraya terus mendoakannya kepada Allah Swt. (Lihat: QS an-Nisa' [4]: 19). Rasulullah saw. bersabda:

Janganlah seorang suami membenci istrinya. Jika dia tidak menyukai satu perangainya maka dia akan menyenangi perangainya yang lain. (HR Muslim).

Inilah tuntunan Islam yang harus dipahami oleh setiap Mukmin yang ingin rumahtangganya diliputi dengan kebahagiaan, cinta kasih, ketenteraman, dan langgeng. Wallâhu a'lam bi ash-shawab.

Maafkan suamimu telah banyak berbuat salah dan khilaf...

Minggu, 01 Februari 2009

Mutiara Sakinah

these are some wise words that will wake you up whenever, wherever, and whatever you are. please save in your heart and never forget....

Bergunung manapun harta bukanlah kaya namanya jika miskin budi bahasa
Melangit manaoun ilmu bukanlah namanya bijaksana jika tak diamal diguna
Segagah manapun diri bukanlah namanya pahlawan jika nafsu tak dapat dilawan
Sealim manapun wara' bukanlah namanya ulama jika takabur dan riya
Secantik manapun ruma nan ayu bukanlah namanya Ratu jika buruk tingkah laku
Setinggi manapun derajatnya bukanlah namanya mulia jika tiada iman di dada

Pengalaman ialah gelar yang diberikan oleh orang terhadap kesalahan dan kekhilafan yang telah mereka lakukan

Jika kita melakukan sesuatu dengan keikhlasanan, niscaya ganjaran yang kita terima jiga sebanding dengan apa yang kita usahakan

Adalah lebih baik untuk mengetahui kelemahan dan kegagalan sendiri daripada menuding kesalahan kepada pihak lain