Selasa, 27 Januari 2009

Gaji Orang Indonesia

Tidak biasanya, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ir Tifatul Sembiring tidak mengucapkan pantun saat memberikan kata sambutan pada seminar politik yang dihadiri oleh Prof James Fox dari Australian National University dan Jakob Utama, tokoh pers, di Jakarta, Senin.Tifatul justru menyampaikan sebuah lelucon yang menggambarkan potret masyarakat Indonesia, yang sampai kini masih menjadi permasalahan bangsa.Lelucon itu menceritakan dua orang yang sedang berdialog. Satu orang Eropa dan satunya, sudah tentu orang Indonesia.Orang Indonesia bertanya pada orang Eropa, berapa gajimu dan untuk apa saja uang sejumlah itu?Orang Eropa menjawab, "Gaji saya 3.000 Euro, 1.000 euro untuk tempat tinggal, 1.000 Euro untuk makan, 500 Euro untuk hiburan."Lalu sisa 500 Euro untuk apa? tanya orang Indonesia. Orang Eropa menjawab secara ketus, "Oh ... itu urusan saya, Anda tidak berhak bertanya!"Kemudian orang Eropa berbalik bertanya. Kalau anda bagaimana?"Gaji saya Rp950 ribu, Rp450 ribu untuk tempat tinggal, Rp350 ribu untuk makan, Rp250 ribu untuk transport, Rp200 ribu untuk sekolah anak, Rp200 ribu untuk bayar cicilan pinjaman, ... Rp100 ribu untuk....".Penjelasan orang Indonesia terhenti karena orang Eropa menyetop penjelasan itu dan langsung bertanya."Uang itu jumlahnya sudah melampui gaji anda. Sisanya dari mana?" kata orang Eropa itu keheranan.Kemudian, orang Indonesia itu menjawab dengan enteng," begini Mister, tentang uang yang kurang, itu urusan saya, anda tidak berhak bertanya-tanya,"Spontan hadirin tertawa, termasuk Prof James Fox yang tertawa hinggaterpingkal-pingkal.(*)

cerita ini merupakan ironi yng terjadi pada diri hampir kebanyakan orang Indonesia, termasuk saya. bayangkan saja dengan hanya gaji yang tidak sampai 5.000.000 rupiah saya dan suami harus membayar cicilan rumah, dan barang lain yang jika ditotal hampir menyamai 500o.000. lantas bagaimana dengan biaya hidup harian? jangan ditanya. karena kami berdua pun bingung bagaimana sampai saat ini bisa membiayai segala kebutuhan pokok sehari-hari kami walaupun terkadang tutup lubang gali lubang.
seiring dengan turunnya harga BBM, kami dan tentunya seluruh masyarakat di Indonesia mengharapkan adanya secercah harapan akan turunnya harga dasar barang pokok di pasaran sehingga kami tidak harus terus-menerus mengikat tali ikat pinggan kencang-kencang lagi. akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. harga malah semakin menanjak, kebutuhan meningkat, dan gaji kamipun masih tetap seperti adanya.
maka dari itu, tak salah bila kebanyakan masyarakat di Indonesia, termasuk kami lebih memilih untuk tetap gali lubang dan tutup lubang untuk dapat terus membiayai kehidupan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar